Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Mega vs SBY: Dari Poco-poco ke Yoyo Tue Jan 27, 2009 5:47 pm | |
| Mega vs SBY: Dari Poco-poco ke Yoyo Rakernas IV PDIP di Solo Jawa Tengah SBY-Megawati 27/01/2009 - 15:14 INILAH.COM, Jakarta – ‘Saling tikam’ antara PDI Perjuangan dan Partai Demokrat terus memanas. Megawati Soekarnoputri memanfaatkan ajang Rapat Kerja Nasional PDIP menghajar Susilo Bambang Yudhoyono. Pemerintahan yoyo, sebutnya.
Rakernas PDIP di Solo memiliki makna penting bagi partai politik tersebut dan Megawati. Sebagai partai oposisi serta calon presiden, ajang Rakernas menjadi ajang gugatan terhadap Presiden SBY.
Dan, Rakernas baru berjalan dalam hitungan jam, Mega langsung menyodok. Dia membalas ‘olok-olok’ petinggi Partai Demokrat yang menyebut PDIP membangun koalisi Kurawa, tokoh jahat dalam pewayangan.
Mega menyebut pemerintahan SBY dengan permainan anak-anak yoyo. Naik-turun. Tertarik-terlepas. Ini menambah koleksi istilah yang muncul dari mulut Megawati tentang pemerintahan SBY. Sebelumnya, Mega juga menyebut pemerintahan SBY sebagai pemerintahan poco-poco, pemerintahan yang maju mundur, tidak jelas.
Menurut Mega, pemerintah telah membuat nasib rakyat tidak menentu. Naik-turun seperti yoyo. Permainan yoyo memang indah. Namun jika rakyat yang mengalaminya, tentu tak indah sama sekali.
“Saya sangat berharap pemerintah jangan jadikan rakyat seperti permainan anak anak yoyo, naik-turun, naik-turun, lempar ke sana ke mari,” katanya dalam pidato pembukaan Rapat Kerja Nasional IV PDIP di Hotel Sunan, Surakarta, Selasa, (27/1).
Sebutan yoyo bagi pemerintahan SBY, terkait dengan kebijakan pemerintahan SBY yang telah tiga kali menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Padahal, katanya, meski turun, harga BBM tetap seperti pada posisi semula, yakni Rp 4.500 per liter.
“Yang lebih mengesalkan, kalau penurunan hanya untuk dapat simpati publik, bukan untuk menyelesaikan persoalan utama, yaitu tingkatkan daya beli dan kesejahteraan rakyat,” kata putri sulung Bung Karno.
Poin penting yang dimaksud pernyataan Megawati terkait dengan iklan politiknya yang dalam beberapa waktu terakhir ini wira-wiri di sejumlah stasiun televisi. Program 100 hari sembako murah menjadi salah satu komoditas iklan politik PDIP dan Mega untuk menarik simpatik publik.
Iklan tersebut, belum sepenuhnya efektif mengerek elektabilitas PDIP dan Megawati. Setidaknya itu bisa terbukti lewat hasil survei sejumlah lembaga. LP3ES, misalnya, awal Desember lalu menempatkan elektabilitas Mega pada angka 17,2%.
Merespon tudingan itu, Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum menegaskan pernyataan Megawati menunjukkan kepanikan atas kebijakan pemerintah yang populis. “Sebagai pimpinan partai politik yang mengaku sebagai partainya wong cilik, mestinya berani mengapresiasi kebijakan pemerintah yang menguntungkan rakyat kecil,” katanya kepada INILAH.COM.
Anas malah menuding balik kubu ‘Moncong Putih’. Menurut dia, pernyataan itu semakin menunjukkan perbedaan antara SBY dan Megawati. Jika SBY menjalankan politik ‘do something’, sedangkan Megawati menjalankan politik ‘do nothing’. “Sebagai partai oposisi, PDIP hanya produktif melahirkan ibarat seperti poco-poco dan yoyo,” tandasnya.
Menurut dia, kritik PDIP semenarik apapun terhadap pemerintah, sama sekali tidak akan mampu memisahkan perasaan rakyat kepada pemerintah yang bekerja. Sebuah pernyataan yang harus diuji kesahihannya pada April mendatang.
Pengamat politik Arbi Sanit menilai penciptaan istilah oleh Megawati sebagai pimpinan partai politik oposisi adalah hal yang wajar dan sah dalam konteks demokrasi. “Namanya oposisi, ya harus mengkritik kebijakan pemerintah. Kalau tidak mengkritik, ya bukan oposisi. Saya kira itu bukan sikap panik, tapi ya memang harus seperti itu,” cetusnya saat dihubungi di Jakarta.
Menurut dia, penggunaan istilah seperti poco-poco dan yoyo memang tidak mencerminkan intelektualitas seseorang. Tapi, dari sisi komunikasi, pesan tersebut mudah dicerna oleh masyarakat kebanyakan.
Pilihan Solo sebagai tempat ajang Rakernas IV PDIP juga tampaknya memang memiliki alasan penting. Solo yang selama ini dikenal sebagai basis PDIP, di tempat itu pula putri kesayangan Megawati, Puan Maharani maju menjadi calon anggota legislatif dari Dapil Jateng V. Dari Solo pula, Mega menggugat SBY! [Bersambung/I4]
| |
|