Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Bunga Sulit Turun, Risiko Selangit Tue Mar 03, 2009 12:40 am | |
| Bunga Sulit Turun, Risiko Selangit 02/03/2009 - 19:47 INILAH.COM, Jakarta – Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Pepatah ini cocok menggambarkan kondisi sektor riil di negeri ini. Risiko usaha makin tinggi sehingga menyulitkan kelangsungan usaha sementara harapan penurunan bunga bank juga tak kunjung tiba.
Penurunan suku bunga kredit perbankan tampaknya masih tertatih-tatih. Padahal BI sudah memangkas suku bunga acuan secara agresif. Beberapa faktor disinyalir menjadi penghambat, salah satunya adalah tingginya risiko usaha.
Pengamat mata uang Tony Mariano mengatakan, pemangkasan suku bunga acuan BI rate memang diharapkan dapat memberi ruang gerak lebih besar bagi perbankan sebagai lembaga intermediasi untuk menyalurkan kredit. Namun, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk menurunkan suku bunga kredit, terutama keyakinan investor.
“Saat ini sudah ada beberapa bank yang menurunkan suku bunga kreditnya. Tapi kalau mereka masih merasa riskan untuk berbisnis, mau diturunkan menjadi 5% pun, tidak bakal diambil,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, kemarin.
Tony mengakui, turunnya suku bunga kredit memang dapat menggairahkan kembali minat berinvestasi sehingga memicu pertumbuhan ekonomi nasional. Suku bunga kredit perbankan yang tinggi merupakan hambatan dunia usaha mencari modal. “Dengan suku bunga tinggi, mereka khawatir tidak bisa mengembalikan pinjaman kreditnya,” ucapnya.
Pendapat senada diungkapkan Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono. Menurutnya, ada beberapa hal yang mempengaruhi kondisi suku bunga kredit pinjaman. Seperti biaya operasi, margin keuntungan, biaya dana dan premi resiko.
Sigit menuturkan, biaya operasi dan margin memang bisa ditekan atau dikurangi. Namun, ada biaya dana (cost of fund) yang berada di luar bank. “Cost of fund itu agak sulit ditekan karena masyarat sekarang masih menginginkan mendapatkan suku bunga deposito dan giro yang tinggi," katanya.
Adapun premi risiko tergantung persepsi dunia usaha dalam melihat risiko. Ini berarti bila sektor dunia usaha mengangap risiko usaha masih tinggi, perbankan akan melihat hal yang sama.
Oleh sebab itu, Sigit mengatakan, suku bunga bank memang akan turun untuk menyesuaikan dengan penurunan BI rate, tapi tidak bisa terjadi seketika. “Tidak bisa langsung turun, butuh kira-kira 3-6 bulan lagi,” katanya.
Hal ini menyikapi pernyataan Deputi Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Wimboh Santoso yang mengatakan bahwa perbankan baru menurunkan suku bunga kredit 10 basis poin, padahal suku bunga BI rate telah turun 100 basis poin. "Kenyataannya responnya lambat," katanya di Bandung, akhir pekan lalu.
Menurutnya, penyesuaian bunga kredit membutuhkan waktu sekitar enam bulan. Sedangkan penyesuaian suku bunga deposito berlangsung cepat, karena nasabah bisa cepat berpindah-pindah ke bank lain. "Bank kalau 'BI rate' naik, dia cepat merespon, tapi kalau turun ya 'nanti-nanti'," katanya.
Lambatnya penyesuaian suku bunga kredit diakibatkan bank harus melakukan repricing (penyesuaian) kredit. BI pun hanya bisa mengingatkan agar suku bunga kredit turun lebih cepat, karena struktur dan regulasi setiap bank berbeda-beda. “Jangka waktu repricing, kalau floating (mengambang) tiga bulan, sementara 'fixed' (tetap) bisa satu tahun," imbuhnya.
Seperti diketahui, selama tiga bulan terakhir, BI telah menurunkan suku bunga acuan BI rate 125 basis poin menjadi 8,25%. Pada Desember 2008, BI telah menurunkan suku bunga kredit sebesar 25 basis poin.
Berlanjut pada Januari dan Februari 2009, BI menurunkan suku bunga acuannya masing-masing 50 basis poin. Dengan penurunan BI Rate itu, bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) juga turun sehingga akhirnya menurunkan biaya bunga.
Pengamat perbankan dari Bank Negara Indonesia, Ryan Kiryanto mengatakan, turunnya BI Rate ke 8,25% cukup memberi ruang bagi bank-bank menurunkan suku bunga simpanan dan kredit sekitar 0,25-1%.
"Cepat atau lambat suku bunga kredit akan turun hingga mengurangi beban debitor, sekaligus mendorong dunia usaha meminta fasilitas kredit, khususnya kredit modal kerja dan investasi," katanya.
Turunnya BI Rate yang diikuti turunnya suku bunga kredit bisa mendorong pertumbuhan kredit perbankan sekitar 18% hingga 22%. Kemudian mencapai target pertumbuhan ekonomi 2009 minimal 4,5% dan berdampak pada pembukaan lapangan kerja. | |
|