Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Orang Kota Rentan Sat Nov 08, 2008 1:16 pm | |
| Orang Kota Rentan Prof Dr Suhardi MSc Paradigma Pembangunan Indonesia masih paradigma pertumbuhan. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara kota dan desa. Semua pembangunan dijalankan di kota, sedangkan di desa tidak. Semua sumber daya alam yang ada di desa dibawa ke kota.
Bahkan orang desa harus membeli hasil sumber daya alamnya yang telah dikelola orang kota. Akibat lebih jauh adalah orang desa menjadi minder menghadapi orang kota, sehingga tidak sedikit orang desa yang meniru-niru kehidupan orang kota. Banyak orang desa lari ke kota. Mereka datang ke kota tanpa keahlian.
Apa akibat lebih jauh dari semua ini, berikut pendapat Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prof Dr Suhardi MSc, ketika ditemui di kantornya, beberapa waktu lalu.
Sebagian besar masyarakat Indonesia petani, tetapi Indonesia kok terbelakang secara ekonomi?
Sebanyak 70 persen penduduk Indonesia hidup bertani, namun anggaran untuk petani sangat kecil. Sementara itu, bahan bakar minyak (BBM), untuk orang-orang perkotaan, untuk birokrasi, dan sebagainya, seperti untuk keperluan infrastruktur, sangat besar. Untuk subsidi BBM saja Rp 300 triliun. Kemudian untuk keperluan infrastruktur tentu besar lagi.
Pertanian itu kan satu berbanding tiga (1: 3). Sapi satu ekor setahun, bisa menjadi dua ekor, ayam juga demikian, semua berkembang, sehingga pertanian itulah sebetulnya yang menjadikan semua kehidupan berjalan, termasuk kehidupan lebih baik di kota-kota. Sebetulnya kan pertanian itu kasih sumbang kehidupan orang kota.
Orang kota tidak pernah menanam pangan, tapi makan pangan paling bergizi, kita menggunakan energi yang paling banyak dengan mobil kita. Sementara itu para petani sama sekali tidak mengharapkannya. Kemudian, kita juga memanfaatkan air. Air itu kan diproduksi di luar kota, di desa. Namun kemudian, apa yang terjadi? Air pun diutamakan di perkotaan sehingga diambillah air itu di pusat-pusat mata air di desa, untuk air mineral. Artinya, langsung pakai tangan kita langsung ke tempat air, terus dibawa kota dulu. Dijadikan air mineral setelah itu dijual pula ke pedesaan. Akibat dari ini, orang desa untuk mengairi sawahnya saja sangat susah. Kemudian sungai- sungai kering. Bagaimana petani bisa menanam, kalau sungai-sungai kering karena airnya diambil orang kota. Perlu air? Tanya kepada orang kota.
Jadi inilah kami (Gerindra) menjadikan masyarakat Indonesia bangga beragraris. Sekarang yang masuk Fakultas Pertanian kecil, yakni 2.898 kursi di Perguruan Tinggi Pertanian kosong. Siswa-siswa yang lulus dari SMA tidak bangga kalau masuk Fakultas Pertanian. Karena di Fakultas Pertanian tidak ada beasiswa. Kalau lulus nanti juga paling gaji di bawah Rp 5 juta, Kalau lulus lebih bangga jadi pegawai bank.
Bagaimana dengan pendapat yang mengatakan petani malas dan alam tandus?
Kenapa petani ke kota? Sebetulnya karena ketidakadilan memberi ruang tadi. Kalau di desa, alokasi anggaran tadi sangat kecil, sekitar Rp 17 triliun, Rp 18 triliun, di kota mereka dapat uang cash lebih tinggi, mereka merasa lebih menyenangkan. Anak-anak muda kan sejak kecil mengetahui, melihat, kota lebih banyak sumber uang dan TV-TV juga lebih membanggakan kota. Orang yang menang karena polling SMS dibangga-banggakan dibandingkan dengan orang desa yang begitu berjasa menghasilkan pangan untuk orang kota.
Maklum juga kalau petani semakin kecewa, tidak berdaya. Sebenarnya, tidak ada yang perlu kita banggakan. Sebetulnya kurikulum yang sekarang lebih memfasilitasi kita menganut pendidikan Barat. Salah satunya adalah kita diajari komputer dan sebagainya. Sebetulnya, kita menjadi tukangnya Barat, negara-negara maju. Kehebatan kita justru di petani. Kalau saja, pemerintah tahu, Indonesia ini menjadi mampu mengembangkan pertanian, dengan tanahnya yang subur, yang paling bagus di dunia. Kita pasti sangat bisa bersaing dengan negara lain dan bakal tidak dikalahkan oleh dunia mana pun.
Kemudian berikutnya kita lupakan bahwa pangan yang sangat kita bangga-banggakan ini adalah bisa kita ekspor ke mana pun, sampai berpuluh-puluh bahkan beratus- ratus, tiap-tiap daerah dengan hasilnya sendiri, misalnya, di daerah yang banyak ikan lautnya, atau ikan di sungai. Dan pelajaran semacam itu hampir tidak pernah muncul di dalam otaknya anak-anak. Akhirnya semua orang niatnya ya, apa yang ada di luar negeri dibanggakan. Padahal kita mempunyai kehebatan yang luar biasa di sini. Sementara itu, tidak ada payung atau undang-undang tentang pertanian.
Idealnya, anggaran untuk petani Indonesia, berapa?
Ya, kita mestinya kalau jumlah petani 70 persen, logikanya petani juga harus menerima 70 persen dari total APBN yang kita punya. Total APBN kita misalnya, Rp 1.000 triliun, jadi mestinya Rp 700 triliun dong untuk pertanian. Nah kenyataan kan cuma Rp 17 triliun. Wong diberi Rp 17 triliun saja hidup karena tanam satu menjadi 1000 semua berkembang. Mereka tetap hidup. Bahkan, orang kota ini kalau misalnya saya diembargo gitu, Jakarta diembargo, maka matilah orang Jakarta.
Sumber air dari Bogor, sayur dari Bogor, ada pangan dari luar Jakarta, habislah Jakarta ini, kecuali masih curi-curi dari luar negeri dengan impor misalnya. Jadi dari sini kita harus sadari orang kota itu rentan. Sebetulnya mereka tidak berdaya. Jadi kalau orang kota mengatakan, petani harus diberdayakan, itu salah! Petani jauh lebih berdaya dari orang kota. Kita hanya mampu menciptakan uang, tapi silakah, makan uang kalau tak ada pangan.
Mengapa Anda masuk Partai?
Nah, inilah yang membuat saya keluar dari pegawai negeri sipil (PNS) dan kemudian menjadi Ketua Gerindra. Saya pernah di sebuah Dirjen Departemen Pertanian. Ketika di sana, saya suruh semua orang tidak boleh makan impor. Saya ancam mereka, saya pindah dan sebagainya. Waktu itu mereka takut, tapi sekarang mereka sadar apa yang saya sampaikan.
Tetapi, kendalanya adalah pada level keputusan politik, di mana yang memutuskan itu bukan dirjen, dan ini mentok. Presiden atau Wakil Presiden bersama DPR yang menentukan. Menteri dan DPR. Saya tolak impor karena saya punya data yang jelas, bahwa kita berkelimpahan. Hutan kita, sungai dan laut kita kaya raya.
Kalau Gerindra berkuasa, satu tahun seluruh pangan akan tercukupi. Air minum kita gratiskan. Menggerakkan penanaman pangan yang variatif tadi. Kita berjuang supaya Prabowo jadi Presiden. Kita akan membuat semua orang jadi kaya.
Kalau Partai Gerindra menang, saya bisa mengatur, UU yang salah dibetulkan. Misalnya, UU masalah air, UU Kehutanan. Kalau Gerindra menang saya ubah, desa dan kota ini akan menjadi bersambungan. Tidak ada batasan antara desa dan kota dengan cara jaringan kereta api yang dulu ada, namun kemudian dihapus. Dulu kan jalur kereta api kita panjang 8.000 km, sekarang 80 km. Kanan kiri 16 meter, sekarang hanya dipakai 4 meter.
Banyak bangunan liar, bahkan kantor kecamatan naik di atas rel kereta api. Padahal, kereta api kan jauh lebih efisien dibandingkan subsidi 1.500 mobil. Ya jadikan satu kereta. Nah, kalau rel kereta api kita sambungkan kembali, nah ngapain berjubel di Jakarta semua? Nah yang perlu kita jaga adalah ongkos kereta apinya semurah mungkin. kalau perlu gratis. Kita hanya subsidi kereta api. Semua pembangunan baru kita sebarkan di daerah-daerah, tidak ada lagi penumpukan di Jakarta. Kalau perlu Jakarta kita jadikan kota dagang. Sedangkan Ibu Kota negara sebagai kota administrasi, kita pindah ke luar Jakarta.
Apa pendapat Anda mengenai korupsi yang merajalela sekarang ini?
Korupsi, maaf kalau saya bilang, kalau orang korupsi, sebetulnya dia bodoh. Kalau kita sudah berpikir menanam pohon ini bunganya 15 persen, ayam kampung saja bunganya 14 persen, sudah jelas semuanya dari Tuhan. Lalu mengapa kita ambil dari yang lain? Ya membuat orang bahagia. Kalau saya buatkan ayam membuat 500 persen, saya suka memberi orang 100 persen. Ngapain saya curi punya orang?
Mengapa banyak orang tidak cerdas di Indonesia dan sebagainya? Makanya coba lihat orang kita makannya 139 : 1,5 kg per kapita itu beras. Habis itu kerupuk, dan mi instan. Otaknya loyo. Orang Jepang banyak makan ikan 129, berasnya 17 kg. Orang kita berasnya 139, ikan 6-10 kg. Kalau korupsi, apa dia makan berlimpah-limpah. Makanya awalnya kita bangun pertanian, di mana-mana kita pertanian yang variatif.
Bagaimana fungsi Departemen Pertanian ?
Ya itu Departemen Beras, bukan Departemen Pertanian. Jelas sekali, pangan yang kita punya adalah primadona. Kita harus buat diversifikasi pertanian. Ikan di darat, ikan di laut. Jagung itu bagus sekali, bisa tanam di segala musim, bisa tumbuh di musim kering, gizinya bagus sekali, vitamin A-nya bagus sekali. Makan beras kan mudah kena gula. Apalagi kalau tidak kerja keras gaya petani itu.
Bagaimana mereformasi Departemen Pertanian?
Ya menteri-nya harus mengerti mengenai diversifikasi pertanian. Ya air bagaimana menjadi sumber air. Seperti di NTT dulu sumber airnya 6.000, sekarang tinggal 223. Dulu debit air di Kupang 75 sekarang tinggal 20. Bagaimana mereformasi, ya airnya harus cukup dulu.
Bagaimana dengan Fakultas Pertanian ?
Paling pertama dan cepat ya beri beasiswa. Anak-anak miskin itu dikasih beasiswa. Orang kaya kan mungkin nggak tertarik, maunya kedokteran, karena operasi orang biayanya mahal. Padahal, kalau kita bertani, banyak obat kedokteran justru ada, seperti jahe, kunyit. Saya sudah 20 tahun tidak makan obat dokter, Jadi begitu kita makan jenis yang lokal, justru badan kita sehat karena bahan alami. Kalau mi instan itu berasal dari ketela masih bisa dimengerti. Tapi ini dari Eropa. Misalnya, 3 bungkus kali Rp 1.250 dikalikan 265 hari dikalikan 220 juta penduduk = Rp 30.25 triliun. Justru memiskinkan bangsa ini.
Katanya Anda pernah memberikan pemikiran seperti ini kepada SBY?
Ya, pertama kali saya beri masukan, terutama soal sistem transportasi. Yang harus Presiden lakukan adalah segera mengembalikan fungsi semua rel-rel kereta yang dulu banyak, sekarang kurang bahkan tidak ada, Yogyakarta, Magelang, Wonosobo, zaman Belanda pun sudah ada. Yogyakarta, Sandapan, Bantul, Semper, dan Cawas. Yang tersisanya cuma rel bahkan besi- besi sudah dicuri. PewawancarA: Siprianus Edi Hardum SP | |
|