www.paguyubanpulukadang.forumotion.net
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
www.paguyubanpulukadang.forumotion.net


 
IndeksIndeks  PortalPortal  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  
Pencarian
 
 

Display results as :
 
Rechercher Advanced Search
Latest topics
» Kudeta Hancurkan Bangsa
Jangan Lupakan Poso EmptyTue Oct 19, 2010 3:27 pm by Admin

» SBY Bertemu 7 Pimpinan Lembaga Negara di MPR
Jangan Lupakan Poso EmptyMon Oct 18, 2010 3:18 pm by Admin

» Urbanisasi Tak Terbendung, Jabodetabek Makin Kumuh
Jangan Lupakan Poso EmptyThu Oct 14, 2010 3:26 pm by Admin

» HALAL BIL HALAL 1431H KERUKUNAN KELUARGA BESAR JATON JAKARTA ( KKBJJ )
Jangan Lupakan Poso EmptyMon Oct 11, 2010 9:25 am by Admin

» HALAL BIL HALAL 1431 H PKBP JABODETABEK
Jangan Lupakan Poso EmptyMon Oct 11, 2010 9:23 am by Admin

» Yang Kami Tolak Bukan Kristen, Tapi Kristenisasi
Jangan Lupakan Poso EmptyThu Sep 23, 2010 6:32 pm by Admin

» 5,4 Juta Komuter Serbu DKI Jakarta Setiap Hari
Jangan Lupakan Poso EmptyThu Sep 23, 2010 6:29 pm by Admin

» Gila! Al Quran Jadi Dibakar di Amerika
Jangan Lupakan Poso EmptySun Sep 19, 2010 3:49 pm by Admin

» PROJECT BLUE BEAM
Jangan Lupakan Poso EmptyMon Sep 13, 2010 5:55 pm by Admin

» Demokrasi Belum Wujudkan Kesejahteraan dan Keadilan
Jangan Lupakan Poso EmptySun Aug 15, 2010 7:21 pm by Admin

» Potret Kemiskinan Indonesia 69% Pekerja Ada di Sektor Informal
Jangan Lupakan Poso EmptyFri Aug 06, 2010 2:17 pm by Admin

» Mengenal Lebih Dekat Hepatitis
Jangan Lupakan Poso EmptyWed Jul 28, 2010 11:39 pm by Admin

» Alasan Sesungguhnya Mengapa AS Menyerang Iraq
Jangan Lupakan Poso EmptyTue Jul 20, 2010 11:04 am by Admin

» AS Rahasiakan Obat Kanker dari Buah Sirsak
Jangan Lupakan Poso EmptyTue Jul 20, 2010 9:18 am by Admin

» Politik Anggaran, Prorakyat atau Birokrat?
Jangan Lupakan Poso EmptyMon Jul 19, 2010 5:52 pm by Admin

» Bingung Pastikan Arah Kiblat? Klik Qibla Locator
Jangan Lupakan Poso EmptySun Jul 18, 2010 8:10 am by Admin

» Inilah Kisah Ilyas dalam Injil Barnabas
Jangan Lupakan Poso EmptyFri Jul 02, 2010 10:03 pm by Admin

» Pasar Taruhan Jagokan Brasil
Jangan Lupakan Poso EmptyFri Jul 02, 2010 3:17 pm by Admin

» Jepang Lawan Paraguay di 16 Besar
Jangan Lupakan Poso EmptySat Jun 26, 2010 3:46 pm by Admin

» Sinyal Alquran tentang Bintang Runtuh di Pusat Galaksi
Jangan Lupakan Poso EmptyMon Jun 21, 2010 12:04 pm by Admin

Navigation
 Portal
 Indeks
 Anggota
 Profil
 FAQ
 Pencarian

 

 Jangan Lupakan Poso

Go down 
PengirimMessage
Admin
Admin



Jumlah posting : 2244
Registration date : 31.08.08

Jangan Lupakan Poso Empty
PostSubyek: Jangan Lupakan Poso   Jangan Lupakan Poso EmptySat Nov 08, 2008 8:49 am

Jangan Lupakan Poso

Oleh H. Rachmat Basoeki Soeropranoto
Mantan Napol Kasus Peledakan BCA 1984
Jangan Lupakan Poso Rbs-s


SINTUWU MAROSO adalah semboyan tanah Poso yang bermakna persatuan yang kokoh. Tapi makna itu beberapa tahun belakangan ini tak wujud. Di Poso terjadi konflik berkepanjangan selama beberapa tahun. Sejak Desember 1998 hingga kuartal pertama tahun 2007, persoalan Poso pasang surut menghiasi media massa.

Setelah tiga tahun konflik berlangsung, barulah pada Desember 2001, ditandatangani sebuah kesepakatan damai yang dinamai Deklarasi Malino. Jusuf Kalla yang saat itu menjabat sebagai Menkokesra bertindak sebagai mediator di antara dua kelompok yang diangap mewakili kelompok bertikai. Dinamakan Dekalarasi [i]Malino, karena kesepakatan yang dirancang dilaksanakan di Malino, Gowa, Sulawesi Selatan.

Isi Deklarasi Malino tertuang di dalam 10 butir kesepakatan, intinya menghentikan konflik dan menegakkan hukum. Tanpa pandang bulu, kedua kelompok diposisikan sebagai pihak yang bersalah. Sama sekali tidak ada upaya mendudukkan persoalan secara proporsional, mencari akar masalah, dan menyelesaikan konflik.

Pemerintahan Megawati yang kala itu diwakili Menko Kesra Jusuf Kalla, sama sekali tidak berminat mencari tahu siapa pemicu konflik, dan pihak mana yang menderita korban jiwa paling banyak. Pokoknya, dalam rangka mencapai damai di Poso, kedua kelompok harus mau menerima rumusan pemerintah. Bahwa keduanya bersalah dan harus mau berhenti bertikai.

Pemerintah sama sekali tidak menyadari, bahwa tokoh-tokoh Islam yang hadir dan tak hadir pada forum itu sama sekali tidak puas dengan rumusan tidak adil itu. Karena, umat Islam bukanlah pemicu konflik Poso, namun korban jiwa terbanyak justru dari kalangan Islam. Cobalah lihat kasus Poso III yang terjadi pada bulan MEI 2000, sekitar 1000 jiwa melayang, sebagian besar umat Islam. Beberapa ratus di antaranya adalah komunitas Pesantren Walisongo yang dibantai Tibo dkk.

Faktanya, beberapa bulan sejak Deklarasi Malino dikumandangkan, persisnya sejak April 2002, hampir setiap bulan terjadi konflik dan kerusuhan di Poso. Bahkan adakalanya dalam satu bulan terjadi beberapa kali konflik dan kerusuhan. Artinya, Deklarasi Malino tidak ada manfaatnya.

Apalagi pemerintah juga sama sekali tidak menyadari, bahwa harga diri umat Islam seperti diinjak-injak setiap ada upaya penyelesaian konflik horizontal. Padahal, umat Islam tidak pernah mencari gara-gara. Umat Islam berkuah darah melawan penjajah, ketika merdeka, justru dijadikan kambing hitam atas setiap konflik horizontal yang terjadi. Maka, sudah menjadi hukum alam bila dari ketidak adilan itu lahir sejumlah orang yang bergabung dalam sebuah komunitas ‘radikal’ atau ‘fundamentalis’ atau ‘teroris’ yang melakukan upaya ‘balas dendam’ sekaligus untuk menunjukkan bahwa umat Islam punya harga diri.

Kalau pemerintah mau dengan serius menyelesaikan konflik horizontal seperti di Poso, pertama-tama yang harus ditegakkan adalah keadilan. Tentu tidak adil bila pemicu konflik diperlakukan sama bahkan lebih lunak dari umat Islam yang justru menderita korban jiwa paling banyak.

Dalam banyak hal ditemukan ketidak adilan yang dilakukan aparat. Misalnya, dalam rangka memulihkan keamanan di Poso, digelar sejumlah operasi. Bila operasi pemulihan keamanan itu targetnya adalah pelaku teror dan pembantaian dari pihak Kristen, aparat menggunakan sandi Operasi Cinta Damai. Satgas yang diterjunkan juga bernama Satgas Cinta Damai. Sedangkan bila hal yang sama ditujukan kepada komunitas Islam, digunakan sebutan Operasi RAID yang bermakna SERBU atau BASMI. Apalagi, selama ini masyarakat awam lebih mengenal Raid sebagai salah satu merek pembasmi nyamuk. Jangan heran bila timbul persepsi, umat Islam disamakan dengan nyamuk sehingga perlu dibasmi. Apalagi pada kenyataannya, bila ditanya mengapa ‘teroris’ Kristen yang diduga kuat terlibat namun tidak juga menjalani proses hukum, maka aparat berdalih “penanganan hukum harus didukung oleh saksi dan alat bukti”. Tapi bila menyangkut ‘teroris’ Islam, langsung dibasmi, sebagaimana terjadi pada kasus penangkapan DPO pada 11 Januari 2007.

Berkenaan dengan keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama, aparat dan pemerintah juga jelas terlihat diskriminatif. Adnan Arsal dituding terlibat menyembunyikan DPO, sehingga ia pontang-panting mencari dukungan umat Islam yang lebih luas lagi. Tapi, aparat tidak pernah mempermasalahkan keterlibatan tokoh gereja, padahal, antara lain melalui pengakuan Tibo sudah bisa dijadikan landasan hukum menyeret mereka. Lebih mengecewakan, justru Brigjen Oegroseno yang saat itu menjabat Kapolda Sulawesi Tengah, dicopot dari jabatannya saat ia serius menelusuri keterlibatan tokoh-tokoh gereja seperti disebutkan Tibo.

Sebagaimana diberitakan TEMPO Interaktif edisi Kamis, 31 Agustus 2006, Oegroseno pernah mengatakan, konflik di Poso masih menjadi misteri. Ia meminta agar misteri dibalik konflik Poso dibuka. “Kalau dianggap sudah selesai tidak bisa, karena suatu saat akan meledak lagi.” Demikian pernyataan Oegroseno usai menyerahkan jabatan Kepala Polda Sulawesi Tengah kepada Badrudin Haiti di Mabes Polri. Oegroseno juga menilai, eksekusi terhadap Fabianus Tibo dan dua kawannya, tidak akan menyelesaikan konflik yang terjadi di Poso. Menurutnya, “pendekatan hukum itu pendekatan yang terakhir.” Oegroseno juga pernah mengatakan, “Sejarah jangan diputarbalikkan, mereka harus ceritakan apa adanya.”

Sebagian dari misteri Poso itu nampaknya berada di tangan para tokoh gereja yang kini ‘tiarap’ dan bebas dari jeratan hukum, juga berada di tangan para tokoh nasrani lainnya, termasuk Melly istri kedua konglomerat Eka Tjipta Wijaya.

Bila aparat begitu bersemangat dan serius mengaitkan kasus Poso dengan JI (Jamaah Islamiyah), namun aparat sama sekali tidak menyentuh Legiun Christum, salah satu milisi Kristen yang ikut memerangi umat Islam di Poso.

Pada saat Abdurrahman Wahid menjadi presiden (26 Oktober 1999 – 24 Juli 2001) puncak kebiadaban terhadap umat Islam mencapai tingkatan tertinggi. Kasus Poso yang bermula Desember 1998, mencapai puncaknya Mei 2000. Kasus Ambon (Maluku) yang bermula Januari 1999 mencapai puncaknya pada kasus Halmahera sekitar Desember 1999. Menurut sejumlah media massa yang mengutip berbagai sumber, termasuk menurut laporan yang diterima Republika, sedikitnya 3.000 orang Islam tewas dalam pertikaian SARA yang terjadi sejak 26 Desember 1999 di Maluku Utara. Namun, menurut Gus Dur korbannya cuma lima. Begitu juga dengan kasus Sampit (pembantaian dan pengusiran suku Madura), terjadi pada pertengahan Februari 2001.

Nampaknya kaum nasrani kian berani membantai umat Islam karena sosok yang menjadi presiden RI saat itu adalah sahabat mereka. Lha, bagaimana nasib umat Islam bila yang menjadi presidennya adalah orang nasrani beneran.

Entah ada kaitan atau tidak, yang jelas, menurut Koran Tempo edisi 29 Januari 2006, pada tahun 2002 Abdurahman Wahid mantan presiden RI ke-4 diangkat sebagai anggota kehormatan Legiun Christum.

Aparat dan pemerintah selain menuding JI juga mencurigai para alumni Afghan. Faktanya, memang ada banyak alumni Afghan asal Indonesia yang memiliki keterampilan menggunakan berbagai jenis senjata dan merakit bom. Keterampilan itu mereka peroleh dari CIA. Namun, meski mereka memiliki keterampilan merakit bom, keterampilan itu tidak bisa begitu saja dipraktekkan karena bahan baku membuat bom tidak sembarangan bisa diperoleh. Kalau toh bisa diperoleh, harganya tidak murah. Pada umumnya para alumni Afghan bukan tergolong orang yang punya uang berlebih.

Para alumni Afghan adalah anak bangsa yang mempunyai jiwa pengorbanan tinggi terhahadap saudaranya, apalagi saudara sesama muslim meski berada jauh di Afghan. Mereka membebaskan saudara muslimnya dari cengkeraman pemerintahan komunis, dan berhasil. Bila untuk muslim Afghan yang nun jauh di sana, mereka mau berkorban nyawa, apalagi untuk muslim Indonesia.

Yang juga perlu diketahui, tidak semua alumni Afghan tergabung ke dalam JI. Dan perlu juga diketahui, tidak seluruh faksi JI yang ada terlibat di dalam aksi radikal seperti Bom Malam Natal (24 Des 2000), Bom Bali I (12 Okt 2002), Bom JW Marriott (05 Agustus 2003), Bom Kuningan (09 Sep 2004), dan Bom Bali II (01 Okt 2005), dan sebagainya.

Untuk mengenang tragedi pembantaian umat Islam di Poso, yang mencapai puncaknya Mei 2000, kronologi berikut ini yang dirangkum dari berbagai sumber, semoga saja dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Termasuk, generasi muda Islam yang bermaksud menjadikannya sebagai salah satu data (primer maupun sekunder) bagi kegiatan penelitian yang ditekuninya.

swaramuslim
Kembali Ke Atas Go down
https://paguyubanpulukadang.forumid.net
Admin
Admin



Jumlah posting : 2244
Registration date : 31.08.08

Jangan Lupakan Poso Empty
PostSubyek: Re: Jangan Lupakan Poso   Jangan Lupakan Poso EmptySat Nov 08, 2008 8:55 am

25 Desember 1998 (Kasus Poso I)


]um’at 25 Desember 1998, bertepatan dengan Ramadhan 1419 H, sekelompok pemuda
kristen mengkonsumsi miras dan membuat keributan saat Sholat tarawih digelar.
Pengurus masjid mencoba mengingatkan. Usaha itu berhasil, para pemuda kristen
pergi meninggalkan area masjid. Lewat tengah malam kelompok pemuda kristen itu
kembali.

Jangan Lupakan Poso Ridwan
Salah seorang pengurus masjid (Ridwan) yang sebelumnya memperingatkan
mereka untuk tidak mabuk-mabukan, dikejar oleh Roy Runtu yang dalam keadaan
mabuk. Ketika itu, Ridwan tengah membangunkan warga Muslim di Kelurahan Sayo
untuk makan sahur. Menghindari kejaran Roy, Ridwan melarikan diri ke sebuah
masjid (dekat pesantren), namun di tempat itu pula ia dibacok. Ridwan sempat
berteriak minta tolong dan lari dengan meningalkan percikan darah di plafon
masjid.

Setelah kejadian itu, masyarakat muslim Poso yang mendengar berita ini segera
berkumpul. Konsentrasi massa pada akhirnya bergerak menghancurkan setiap
kedai/toko yang menjual miras. Masyarakat muslim meminta pemuda yang melakukan
penganiayaan agar menyerahkan diri. Dan menuntut aparat untuk segera menangkap
pelakunya.

Jangan Lupakan Poso Herman_parimo
Bukannya minta maaf dan menyerahkan diri, salah seorang dari mereka
justru mencari bantuan ke Tentena. Herman Parimo, tokoh kristen Tentena membawa
massa bergerak ke Poso, membakar Pasar sentral Poso dan mengadakan pawai
keliling Poso, menunjukkan kemenangannya. Kabar Poso sudah diduduki massa
Tentena terdengar di Parigi dan Ampana (basis massa muslim). Dengan koordinasi
ustadznya masing-masing bergeraklah massa kedua kota itu ke Poso.

Poso kembali
dalam kendali umat Islam. Dua pasukan, muslim dan kristen masih menggunakan alat
tempur sederhana, parang dan batu, meski beberapa sniper terbukti telah melukai
beberapa orang muslim.

Sebanyak 100 orang luka-luka, puluhan rumah dan kendaraan bermotor rusak berat..

Galery Foto kerusuhan Poso 25 Desember 1998

Jangan Lupakan Poso Poso1-01
Jangan Lupakan Poso Ridwan
Mesjid Darussalam terjadinya pembacokan
Ridwan

Jangan Lupakan Poso Poso1-02 Jangan Lupakan Poso Poso1-03 Jangan Lupakan Poso Poso1-04 Jangan Lupakan Poso Poso1-05 Jangan Lupakan Poso Poso1-06 Jangan Lupakan Poso Poso1-07 Jangan Lupakan Poso Poso1-08 Jangan Lupakan Poso Poso1-09 Jangan Lupakan Poso Poso1-10 Jangan Lupakan Poso Poso1-11 Jangan Lupakan Poso Poso1-12
Gubernur H.B Paliudju mengumpulkan tokoh Islam dan Kristen dirumah
dinasnya
Jangan Lupakan Poso Poso1-13 Jangan Lupakan Poso Poso1-14 Jangan Lupakan Poso Poso1-15
kelompok Islam menunggu diluar
Jangan Lupakan Poso Poso1-16
Kelompok Islam menginginkan Roy Runtu & Herman Parimo di adili
Jangan Lupakan Poso Herman_parimo
Herman Parimo
Jangan Lupakan Poso 2TR
Jangan Lupakan Poso 2BL Jangan Lupakan Poso 2BR


Terakhir diubah oleh Admin tanggal Sat Nov 08, 2008 9:19 am, total 2 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
https://paguyubanpulukadang.forumid.net
Admin
Admin



Jumlah posting : 2244
Registration date : 31.08.08

Jangan Lupakan Poso Empty
PostSubyek: Re: Jangan Lupakan Poso   Jangan Lupakan Poso EmptySat Nov 08, 2008 8:57 am

16-19 April 2000 (Kasus Poso II)

Minggu 16 April 2000, di Terminal Poso dua pemuda pemabuk asal Desa Lambodia dan Lawanga (desa Islam dan Kristen) terlibat pertikaian. Warga kedua desa saling serang, aksi bentrok massa meluas ke daerah sekitar Poso, juga menyulut bentrokan antara Kelompok Merah dengan Kelompok Putih. Dari peristiwa ini sedikitnya tiga orang tewas, empat orang luka-luka, 267 rumah terbakar, enam mobil terbakar, lima motor hangus, tiga gereja hancur, lima rumah asrama polisi hancur, ruang Bhayangkari Polda terbakar.

16 Mei 2000
Selasa 16 Mei 2000, Dedy seorang pemuda dari desa Kayamanya (suku Gorontalo) tengah mengendarai motor Crystal pada malam hari, tiba-tiba dihadang sekelompok pemuda Kristen yang mabuk di Desa Lambogia. Dedy sempat melarikan diri dengan motornya, namun terjatuh sehingga tubuhnya mengalami luka-luka. Setelah diperban, kemudian Dedy melaporkan pada teman-temanya di desa Kayamanya, bahwa ia dibacok oleh pemuda kristen Lambogia.

17 Mei 2000
Rabu 17 Mei 2000, warga muslim Kayamanya (sekitar 20 orang beserta aparat) mendatangi Kelurahan Lambogia untuk mencari oknum pelakunya namun disambut dengan serbuan panah/peluncur dari warga Lambogia. Dan pada malamnya, warga Kayamanya membakar Desa Lambogia sekitar 400 rumah serta sebuah gereja Beniel.

19 Mei 2000
Jum’at 19 Mei 2000, ditemukan mayat Muslim korban pembantaian di Jalan Maramis kelurahan Lambogia, dengan luka bacokan dan leher tertusuk panah. Kemudian warga muslim terpancing emosi dan bergerak kembali membakar gereja Advent dan sebuah gereja besar dekat terminal, gedung serba guna, SD, SMP dan SMA Kristen. Warga kristen mengungsi ke kelurahan Pamona Utara (Tentena) dan Tagolu yang merupakan basis Kristen.

Setelah kejadian tersebut, umat Islam di Kelurahan Kowua bersiaga penuh mengantisipasi serangan balasan. Seorang muallaf bernama Nicodemus yang kebetulan bekerja di Tentena ditugaskan untuk memantau perkembangan warga Kristen di Tentena. Setelah 2 minggu kemudian, Nico kembali ke Poso karena merasa dirinya sedang diintai. Namun dari situ muncul kesepakatan untuk menginformasikan melalui kata Sandi Pak Nasir (Nashara) datang berobat lanjut ke Poso berarti akan ada penyerangan kaum Nasrani.

22 Mei 2000
Senin 22 Mei 2000, Pak Maro (muallaf) dari kelurahan Lawanga, yang disusupkan di Kelurahan Kelei, datang ke kediaman Ust. Abdul Gani, membawa pesan akan ada penyerbuan pada shubuh hari. Pak Maro menyamar dengan memakai kalung salib dan mentato tubuhnya. Di Kelei yang merupakan basis kristen pernah diadakan latihan militer. Jam 5.30 sore ada interlokal dari Nicodemus di Tentena ke rumah pak Abdul Gani memberitakan, bahwa “Pak Nasir (Nashara) akan berkunjung obat ke Poso malam ini atau besok.”

Jam 7 malam, seorang pemuda bernama Heri Alfianto yang juga ketua Remaja Masjid Kowua memberikan informasi bahwa di rumahnya yang kebetulan terdapat TUT (Telepon Umum Tunggu), ada seorang Kristen yang diduga ingin menggunakan jasa telepon bercerita kepadanya bahwa pada jam 2 malam akan ada penyerangan dari masyarakat Flores (Kristen). Sekedar gambaran, Heri Alfianto dilihat dari raut wajahnya mirip orang Kristen karena ibunya berasal dari Manado yang muallaf, sehingga orang kristen mengira Heri juga orang Kristen. Penyerangan dilakukan per kelompok kecil dengan sasaran KBL (Kayamanya, Bonesompe, Lawanga) dan menculik tokoh-tokoh Islam Poso, antara lain Haji Nani, Ust. Adnan Arsal, dll.

Pada malam itu juga dikumpulkan para tokoh yang tergabung dalam “Forum Perjuangan Umat Islam” yang terbentuk sejak kerusuhan Poso jilid I di rumah Ust. Adnan Arsal dan langsung mengkoordinasikan pembagian tugas penjagaan di pos-pos yang telah ditentukan. Pertemuan itu selesai jam 21.30. Pada malam itu sudah tersebar isu penyerangan terutama di Kecamatan Poso Pesisir, sehingga setiap warga, baik Islam dan Kristen, berjaga-jaga mengamankan diri.

Pada jam 24.00 rombongan Muspida beserta Ketua DPRD Tk.II Akram Kamarudin, menenangkan warga, memberitahukan kepada warga Poso bahwa berdasarkan informasi Kapolsek Pamona Utara, Ramil Pamona Utara dan Camat Pamona Utara isu penyerangan itu tidak benar dan menyesatkan. Akhirnya warga yang tadinya berjaga di pos-pos bubar dan kembali ke rumah, kecuali warga di Kelurahan Kowua. Bahkan pemuda Kowua membantah berita dari Muspida tersebut karena yakin dengan info dari Nico di Tentena.

Setelah itu muncul tanda bahaya berupa kentungan pada tiang listrik dari desa seberang sungai, tepatnya di PDAM, Kelurahan Gebang Rejo. Kemudian dikonfirmasikan melalui telepon ke Ust. Adnan Arsal yang tinggal di Gebang Rejo, namun dijawab bahwa sampai saat ini belum ada tanda pengerahan massa yang melewati Desa Gebang Rejo. Tak berapa lama, Pak Adnan Arsal memberitakan memang ada penyerangan dilakukan hanya oleh kelompok kecil berpakaian ninja..
Kembali Ke Atas Go down
https://paguyubanpulukadang.forumid.net
Sponsored content





Jangan Lupakan Poso Empty
PostSubyek: Re: Jangan Lupakan Poso   Jangan Lupakan Poso Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
Jangan Lupakan Poso
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Poso Dijaga 1.500 Aparat Gabungan TNI AD-Polri

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
www.paguyubanpulukadang.forumotion.net :: Berita :: Nasional-
Navigasi: