Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: BI Sulit Intervensi Rupiah Fri Nov 14, 2008 3:01 pm | |
| BI Sulit Intervensi Rupiah [JAKARTA] Bank Indonesia (BI) kesulitan mengintervensi pasar uang guna menahan laju penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab, pelemahan rupiah akhir-akhir ini diperparah faktor musiman, yakni tingginya permintaan valutas asing menjelang akhir tahun, baik institusi maupun perorangan.
"Hal itu, membuat BI tak dapat agresif mengintervensi pasar karena situasi pasar yang masih bergejolak," ujar analis sekuritas PT Bhakti Capital, Budi Ruseno, di Jakarta, Jumat (14/11).
Begitu perdagangan sesi pagi dibuka, kurs langsung melemah signifikan 225 poin ke posisi Rp 11.725 per dolar AS, dari level Rp 11.500 per dolar AS pada perdagangan Kamis (13/11). Hingga pukul 11.00 WIB, nilai tukar terus melemah ke level Rp 11.800 per dolar AS, bahkan ada penawaran ke harga Rp 11.850 per dolar.
"Kebijakan baru BI yang mengatur pembelian valas diharapkan bisa berdampak positif mengerem permintaan dolar. Sayangnya, peraturan itu tidak mampu menyurutkan permintaan dolar AS yang semakin tinggi menjelang akhir tahun," ujar Budi.
Pelemahan rupiah juga tercermin dari transaksi valas di sejumlah tempat penukaran mata uang (money changer) di Jakarta, Jumat pagi. Di salah satu money changer di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, dolar AS dijual seharga Rp 11.900, sedangkan nilai belinya Rp 11.700. "Sekarang orang cenderung menahan dolar, melihat kondisi pasar," ujar Dudung, pimpinan di money changer tersebut.
Terkait hal tersebut, Deputi Gubernur Senior BI, Miranda S Goeltom, menyatakan, Indonesia tidak sendirian mengalami kesulitan likuiditas dan pelemahan mata uang.
Sebab, hal serupa juga terjadi di negara-negara lain, tidak terkecuali di negara maju, seperti Jerman dan Inggris.
"Setelah kejatuhan Lehman Brothers, terjadi liquidity squeeze (krisis likuiditas). Level kepercayaan antarbank menurun, pasar keuangan jatuh, nilai tukar mata uang berbagai negara pun ikut turun. Sehingga menjadi kewajiban kita bersama untuk tidak mempercayai berita negatif, agar bisa selamat dari krisis ini," tegasnya, Jumat.
IHSG Tertahan
Dari lantai pasar saham, Bursa Efek Indonesia (BEI), gagal memanfaatkan sentimen positif penguatan di sejumlah bursa saham global. Menurut Budi Ruseno, sentimen negatif akibat pelemahan rupiah, telah menahan penguatan Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pagi, Jumat (14/11).
Sentimen positif penguatan bursa global, memang sempat membawa IHSG dibuka menguat. Namun, penguatan IHSG sedikit tertahan, akibat sentimen negatif pelemahan nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp 11.800 per dolar AS.
Begitu perdagangan saham sesi I dibuka pada pukul 09.30 WIB, IHSG naik hingga sempat menyentuh level di 1.295,102. Namun di tengah perdagangan sesi I, IHSG perlahan bergerak turun.
Hingga pukul 11.00 WIB, IHSG tercatat menguat 9,770 poin (0,78 persen) ke level 1.269,483 dari posisi 1.259,713 pada penutupan perdagangan kemarin. Volume saham yang ditransaksikan mencapai 1,668 miliar lembar senilai Rp 1,253 triliun.
"Penurunan IHSG di tengah perdagangan sesi pagi ini, antara lain dipicu sentimen negatif melemahnya rupiah yang sudah menyentuh Rp 11.800 per dolar AS. Hal ini, menahan laju kenaikan IHSG di tengah sentimen positif bursa global yang menguat," kata Budi.
Padahal, Bursa Wall Street di Amerika Serikat mengalami kenaikan hingga 6,67 persen pada perdagangan Kamis (13/11), dan memicu bursa regional ikut menguat pada perdagangan hari ini.
Indeks Nikkei 225 di Bursa Tokyo, pada perdagangan Jumat pagi, menguat 5,34 persen atau naik 440,31 poin menjadi 8.678,95. Nikkei mengikuti penguatan Indeks Dow Jones di Wall Street yang ditutup menguat 552,59 poin ke level 8,835,25.
Budi menambahkan, IHSG sebenarnya memperoleh momentum penguatan dari aksi korporasi berupa pembelian kembali (buy back) saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan total dana mencapai Rp 8,246 triliun. Keputusan manajemen BUMI melakukan buy back saham perseroan yang beredar di bursa, membuat penurunan harga saham BUMI sedikit tertahan.
Setelah sempat mengalami auto rejection di awal sesi I akibat tekanan jual, perlahan permintaan terhadap saham BUMI meningkat. Hal itu, membuat saham BUMI kembali ditransaksikan, dan hingga pukul 10.30 WIB, harga BUMI tercatat hanya turun Rp 30 (2,54 persen) menjadi Rp 1.150 per lembar. "IHSG berpeluang menguat tipis hingga penutupan perdagangan akhir pekan ini," kata Budi. [J-9/DLS/RRS/A-17] | |
|