Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Sulitnya ke Sekolah Lebih Pagi Tue Nov 25, 2008 3:21 pm | |
| Sulitnya ke Sekolah Lebih Pagi SP/Alex Suban Elizabeth mempersiapkan putranya, Adit menunggu bus antarjemput di Ciputat, Banten. Agar tiba tepat waktu di sekolahnya kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, bus sekolah datang sekitar pukul 06.00 Wib.
Setiap Senin hingga Jumat, Suryani Waruwu harus bangun pukul 04.00 WIB. Rutinitas seperti itu sudah dia jalani selama lima tahun lebih, termasuk pada hari guru tanggal 25 November ini. Meskipun bangun pukul 04.00 WIB dengan berbagai persiapan yang harus dilakukan, Suryani akan tiba di SMAK 3 Penabur Jakarta Pusat, tempatnya mengajar pukul 06.30 WIB, sementara sekolah dimulai pukul 07.00 WIB. Itu pun jika jalan tidak macet.
Tak terbayangkan jika Pemprov DKI Jakarta menerapkan aturan masuk sekolah pukul 06.30 WIB. Jam berangkat harus lebih pagi lagi. Itu berarti jam bangun pagi juga harus makin pagi pula. Saat berangkat anak masih tidur, pulang mengajar anak sudah nyenyak terlelap.
Suryani (34) adalah guru SMAK 3 BPK Penabur Jakarta Pusat. Dia memang tak menampik sekolah tempatnya mengajar, kerap disebut sebagai biang kemacetan di Jl Gunung Sahari Raya. Setiap pagi, kendaraan orangtua murid berhenti di depan gerbang, memacetkan arus lalu lintas arah terminal Senen. Tetapi, dia berharap sekolah tidak "dikorbankan" sebagai solusi mengatasi kemacetan Jakarta.
"Setiap hari, saya dan suami harus bangun pukul empat pagi. Jika tidak macet, paling cepat, saya sampai di sekolah jam setengah tujuh. Tidak terbayang, jika jam masuk sekolah dimajukan, saya harus bangun jam berapa? Kendaraan umum pun masih jarang pada jam itu," keluh ibu dua anak ini.
Menurut Suri, gagasan memajukan jam masuk sekolah seharusnya melewati studi kelayakan dahulu. Apalagi kebijakan ini akan melibatkan banyak pihak dan berdampak luas. Solusi kemacetan DKI Jakarta semestinya diatasi dengan pembenahan sistem transportasi umum.
Lain lagi, pendapat Ignas, siswi kelas II, SLTP Marsudirini di jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur. Menjelang pukul 07.00 WIB para murid SLTP Marsudirini, Jakarta Timur, datang dengan tergesa-gesa. Walaupun jam pelajaran mulai sekitar pukul 07.15 WIB, mereka harus bersiap-siap sejak awal.
"Tadi pagi, saya sampai kira-kira pukul 06.45. Sejak dulu, saya tidak pernah telat masuk sekolah. Kebetulan, di sini cukup ketat memberlakukan jam masuk sekolah," kata Ignas.
Walaupun tinggal di bilangan Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Ignas mengaku tidak pernah sekalipun terlambat. Setiap hari, dengan angkutan umum, dia mampu tiba di sekolah setengah jam sebelum pelajaran dimulai. Jarak belasan kilo dari Cimanggis hingga Cawang ditempuhnya setiap hari. Pulang dan pergi.
"Saya biasanya ke sekolah pakai angkutan umum. Berangkat pagi pukul 06.00 kurang. Kalau sedang beruntung bisa bareng Ayah. Tapi itu jarang, karena Ayah saya wiraswasta, nggak ada jam kantoran. Jadi, tidak tahu kapan ayah keluar untuk bisnis," ujar Ignas.
Agar bisa berangkat sebelum pukul 06.00 WIB, Ignas harus bangun sekitar pukul 05.30 WIB untuk mandi dan persiapan lainnya. Anak ini tidak bisa membayangkan, seandainya jam masuk sekolah dipercepat menjadi pukul 06.30 WIB.
"Pukul 06.00 saja, angkutan umum masih jarang. Sekalipun ada, sudah penuh. Kalau di Cimanggis, jam segitu masih sepi. Saya sudah dengar rencana pemerintah yang akan memajukan jam masuk sekolah. Kalau dimulai pukul 06.30, berarti kira-kira saya harus bangun pukul 05.00 kurang. Kalau sudah begitu, saya pasti langganan terlambat, karena jam segitu saya masih tidur pulas," ucapnya.
Orangtua Keberatan
Hal yang sama juga dikeluhkan Zaasira, orangtua murid, yang tinggal di daerah Villa Pertiwi, Depok. Anaknya Jofa, yang masih kelas II SD diharuskan masuk sekolah pukul 07.00 WIB, itu pun sering terlambat. Zaasira mengaku keberatan jika jam masuk Jofa dimajukan setengah jam.
"Anak saya bisa sering telat kalau dimajukan. Sekolah yang jauh dan jam tidur anak yang kurang sangat berpengaruh. Bisa-bisa tidur di kelas dia," kata Zaasira.
Sementara Kepala Sekolah SLTP Marsudirini, Hyacinta pun ketika ditemui menjelaskan hal yang sama. Hampir sebagian besar muridnya tinggal jauh dari sekolah. "Selama ini, kami memberlakukan jam masuk sekolah pukul 07.15, karena siswa kami banyak yang rumahnya jauh, seperti di Bekasi dan Depok. Tetapi, walaupun demikian para murid harus sudah datang lebih awal untuk melakukan doa bersama di kelas masing-masing," kata Hyacinta.
Kalau awal 2009 mendatang pemerintah mewajibkan seluruh sekolah yang ada di DKI masuk pukul 06.30 WIB, dipastikan akan banyak murid yang telat. Kondisi kemacetan jalan dan pola hidup mereka harus diubah.
"Mengubah pola hidup siswa sangat sulit. Itu menyangkut kebiasaan mereka dan orangtua. Bayangkan, jika mereka harus bangun pukul 05.00 WIB. Lantas, jam berapa orangtua mereka harus bangun untuk menyiapkan sarapan? Saya takut dengan kebijakan itu yang tertekan bukan saja siswa, orangtua mereka pun ikut tertekan," tutur Hyacinta.
Keberatan juga dilontarkan Kepala Sekolah SMAK 3 BPK Penabur, Jakarta, Devi S Tanumihardja. Jam masuk sekolah yang dipercepat hanya akan mengubah jam macet. Selama infrastruktur tidak bertambah dan kendaraan makin banyak, antisipasi kemacetan akan sia-sia.
"Kebijakan pemerintah tersebut kurang relevan dengan hal yang selama ini dianggap biang kemacetan. Siswa dan guru akan terkena dampak yang luar biasa. Jam masuk sekolah pukul 06.45 WIB saja mereka sudah harus bangun pukul 05.00 pagi, apalagi bila masuk dipercepat," katanya ketika dihubungi SP.
Menurut Devi, pihak BPK penabur sudah berusaha mengurangi kemacetan di depan sekolah dengan mengimbau orang tua siswa tidak berlama-lama mengantar anak. Tetapi karena badan jalan yang demikian kecil dan volume kendaraan yang banyak tetap tidak bisa mengurangi kemacetan. [Yeremia Sukoyo]
SPD | |
|