Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Bunga KPR Naik 7 Persen Mon Dec 01, 2008 4:01 pm | |
| Bunga KPR Naik 7 Persen [JAKARTA] Perbankan nasional mulai menaikkan suku bunga untuk kredit pemilikan rumah (KPR). Bahkan, ada bank yang dalam setahun terakhir bunga KPR-nya naik sebesar 7 persen. Kondisi tersebut sangat memberatkan nasabah KPR, karena otomatis cicilan ke bank membengkak, sehingga sangat berpotensi menjadi kredit macet.
Berdasarkan data yang dihimpun, saat ini bank menerapkan bunga KPR di kisaran 14 persen hingga 18,5 persen, dari sebelumnya di kisaran 9 persen hingga 11 persen. Bank Niaga (sekarang CIMB Niaga), misalnya, sekitar November tahun lalu mengenakan bunga KPR sebesar 9,5 persen. Kini untuk pengajuan KPR baru, calon nasabah dikenai bunga 16,5 persen, atau naik 7 persen.
Kenaikan bunga KPR tersebut, menurut sejumlah bank, untuk mengimbangi kondisi krisis likuiditas yang dialami perbankan nasional.
"Suku bunga selalu dikaitkan dengan cost of fund (biaya dana) kami. Sehingga, kalau suku bunga acuan naik, lending rate (bunga pinjaman) juga naik. Tetapi, kami akan selalu me-review se- suai perkembangan yang terjadi," ungkap Corporate Secretary Bank Mandiri, Mansur S Nasution, akhir pekan lalu.
Dia mengungkapkan, bunga KPR Bank Mandiri saat ini adalah 14,5 persen. "Tingkatan tersebut dapat diturunkan, jika masalah likuiditas perbankan nasional telah teratasi dan suku bunga acuan (BI Rate) sudah turun," jelasnya.
Terkait kondisi tersebut, Mansur menambahkan, setelah kuartal ketiga 2008 hingga tahun 2009, Bank Mandiri akan lebih selektif dan berhati-hati memilih calon nasabah KPR. Sebab, di tengah situasi sulit ada kekhawatiran me-nurunannya kemampuan membayar cicilan nasabah KPR.
"Kami akan menyeleksi nasabah, hanya mereka yang benar-benar eligible (layak) adalah yang memenuhi kriteria. Kami akan melihat mereka bekerja di mana? Apakah perusahaan tersebut tahan terhadap guncangan krisis? Lalu, besaran gajinya dan latar belakangnya, apakah pernah mengalami masalah kredit macet atau tidak?" ungkap dia.
Menurun
Secara terpisah, Executive Vice President Retail Banking Lending Head Bank Danamon, Juanita A Luthan, mengungkapkan, setelah kuartal ketiga 2008, penyaluran KPR tercatat menurun, walau tidak signifikan. "Oktober masih sesuai rencana bisnis. Tetapi, pada November ada sedikit penurunan," ujarnya.
Dia menjelaskan, penurunan tersebut, bukan karena bank mengerem penyaluran kreditnya, tetapi karena kondisi ekonomi yang sulit. Hal itu membuat Bank Danamon lebih selektif menyalurkan kreditnya.
Menurut Juanita, menurunnya penyaluran KPR tersebut, diyakini bakal berlangsung hingga kuartal pertama 2009.
Saat ini, Danamon mengenakan suku bunga KPR kepada calon nasabah baru di kisaran 15,5 persen sampai 17 persen untuk jangka waktu enam bulan pertama. Sedangkan, total uang muka (down payment) untuk perumahan mencapai 20 persen dan apartemen 30 persen dari total harga jual.
Menyikapi kondisi tersebut, analis perbankan dan pasar modal, Mirza Adityaswara, menyatakan, sehat atau tidaknya likuiditas sebuah bank, terutama yang berskala kecil dan menengah, turut mempengaruhi tingkat penyaluran KPR. Sebab, seretnya likuiditas saat ini, mengakibatkan perang suku bunga deposito yang tinggi, sehingga suku bunga KPR pun ikut naik.
Untuk itu, dia menyarankan, agar pemerintah memberikan penjaminan antarbank dan meningkatkan lagi jaminan atas simpanan masyarakat (dana pihak ketiga/DPK) untuk sementara waktu.
Turunkan Bunga
Sementara itu, Direktur Utama Summarecon Agung, Johanes Mardjuki mengatakan, kondisi krisis saat ini, mengakibatkan banyak pengembang, termasuk pihaknya, belum berani mencanangkan target untuk tahun 2009.
Menurutnya, jika Bank Indonesia menurunkan suku bunganya, sektor properti akan selamat. Sebab, suku bunga BI Rate yang berada di posisi 9,5 persen, turut mempengaruhi daya beli masyarakat saat ini.
Dia mengakui, laba yang dibukukan pada 2008 bakal tergerus di bawah target, akibat suku bunga BI Rate yang masih tinggi disusul kenaikan harga bahan bangunan.
Terkait kondisi tersebut, menurutnya, akan terjadi seleksi alam di antara pengembang properti nasional. Hanya pengembang besar yang tetap dipercaya publik, seiring dengan sikap hati-hati calon konsumen terhadap pengembang yang belum jelas pengalamannya di bisnis tersebut.
"Pembeli akan melihat kemampuan pengembang properti yang akan dibelinya. Jangan sampai sudah ber- komitmen, tetapi proyeknya tidak jalan," ujarnya. [RRS/A-17] SPD | |
|