Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Harga Elpiji Harus Turun Tue Dec 16, 2008 4:05 pm | |
| Harga Elpiji Harus Turun
[JAKARTA] Krisis ekonomi global saat ini telah berdampak pada merosotnya harga komoditas energi di pasar internasional, termasuk elpiji. Namun, penurunan harga elpiji seiring turunnya harga minyak dunia, ternyata tidak dibarengi dengan penurunan harga elpiji di dalam negeri.
Oleh karena itu, kalangan DPR dan pakar migas mendesak pemerintah dan Pertamina untuk menurunkan harga elpiji, terutama tabung volume 12 kg. Berdasarkan per- hitungan, harga elpiji volume 12 kg bisa turun hingga Rp 4.723/kg, dari harga yang ditetapkan Pertamina saat ini Rp 5.750 per kg.
Menurut anggota Komisi VII DPR, Tjatur Sapto Edy, penurunan harga itu bisa dilakukan, dengan syarat Pertamina bersedia menyesuaikan besaran alpha (kombinasi biaya operasional dan pengadaan elpiji oleh Pertamina) menjadi 15 persen dari patokan harga elpiji Aramco. Saat ini, Pertamina menetapkan alpha sebesar 45 persen.
"Besaran alpha untuk elpiji ditentukan Pertamina sebesar 45 persen. Pemerintah seharusnya menurunkannya menjadi 15 persen," ujar Tjatur, di Jakarta, Senin (15/12).
Apabila alpha ditetapkan 15 persen, ungkapnya, akan menurunkan harga jual elpiji volume 12 kg sebesar Rp 1.026 per kg, dan volume 50 kg sebesar Rp 2.531 per kg. "Untuk elpiji 3 kg, tidak ada masalah, karena pemerintah masih menyubsidi Rp 473 per kg," tambahnya.
Tjatur menegaskan, penetapan alpha 45 persen tanpa persetujuan DPR. Apabila pemerintah menyatakan elpiji merupakan bahan bakar tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah, maka pemerintah atas persetujuan DPR bisa menetapkan alpha elpiji Pertamina menjadi 15 persen.
Dia menjelaskan, harga elpiji Aramco yang dijadikan patokan Pertamina, merosot dari US$ 858 per metrik ton (MT) pada Agustus lalu, menjadi US$ 337,5 per MT. Tetapi, karena alpha ditetapkan sebesar 45 persen, harga keekonomian elpiji masih tinggi, yakni Rp 5.707 per kg.
"Biaya transportasi dan penyimpanan diklaim Pertamina sebesar 45 persen. Alpha 45 persen terlalu besar, sehingga Pertamina mengambil keutungan sekitar Rp 1.771 per MT," ungkapnya.
Senada dengan Tjatur, pengamat energi dari Reforminer, Nanda Avian Wicaksono menuturkan, pemerintah bisa menetapkan alpha elpiji menjadi 5 persen dari harga patokan Aramco. "Apalagi Pertamina tidak membeli elpiji dari Aramco. Harga Aramco hanya acuan harga keekonomian yang ditetapkan pemerintah. Penurunan harga elpiji sebaiknya bisa ikut dirasakan oleh masyarakat, seiring dengan merosotnya harga elpiji di pasar internasional," katanya.
Hal lain yang patut disoroti, adalah ketersediaan elpiji di masyarakat. Buruknya jaringan infrastruktur elpiji Pertamina, mengakibatkan kelangkaan elpiji marak terjadi di berbagai daerah.
Tak Akan Diturunkan
Menanggapi desakan itu, Vice President Communications Pertamina, Anang Noor mengatakan, Pertamina belum akan menurunkan harga elpiji. Sebab, harga elpiji saat ini dianggap masih lebih rendah dari harga keekonomiannya.
Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro menuturkan, pemerintah belum mempertimbangkan penurunan harga elpiji volume 3 kg karena harga elpiji masih di bawah harga keekonomian.
Sementara itu, Dirjen Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Evita Legowo munuturkan, penetapan harga elpiji 3 kg diatur oleh pemerintah. Sedangkan harga elpiji 12 kg merupakan kebijakan Pertamina. Hingga kini pemerintah belum membahas kemungkinan elpiji 12 kg disubsidi pemerintah.
Masih Langka
Seiring dengan desakan agar harganya diturunkan, pasokan elpiji volume 3 kg masih langka. Di Surabaya, misalnya, stok elpiji kosong. Kalaupun ada, warga harus membayar Rp 17.500 per tabung, dari harga normal sekitar Rp 14.000 per tabung. Akibatnya, muncul pemandangan banyak warga menenteng tabung elpiji kosong ke sana ke mari tanpa hasil.
Pertamina mengakui, kelangkaan yang terjadi sepekan terakhir belum teratasi. Wakil Direktur Utama Pertamina, Iin Arifin Takhayan mengungkapkan, infrastruktur yang disiapkan belum mendukung pemenuhan kebutuhan elpiji yang meningkat pesat. Dia mencontohkan, sepanjang 2008, terjadi lonjakan permintaan tabung elpiji ukuran 3 kg hingga 600 persen.
Tahun ini, Pertamina memperoleh alokasi impor sebanyak 6,5 juta tabung. Dari jumlah itu, baru terpenuhi sekitar 2,5 juta tabung. Masalah lain yang dihadapi adalah pembangunan depo elpiji yang memakan waktu 2-3 tahun, serta perizinan pendirian stasiun pengisian elpiji yang sulit.
Mengomentari hal itu, anggota Komisi VII DPR, Effendi Simbolon menegaskan, lonjakan permintaan dan keterbatasan infrastruktur jangan menjadi alasan bagi pemerintah dan Pertamina atas kelangkaan yang terjadi. Pemerintah seharusnya sudah memfasilitasi ketersedian infrastrutur, disesuaikan dengan target dan prediksi kebutuhan elpiji di masyarakat.
"Kesalahan utama adalah pendistribusian elpiji masih dimonopoli oleh Pertamina. Akibatnya pendistribusian elpiji tidak merata di seluruh Indonesia," ujarnya. [DLS/080] SPD, 16Des 2008 | |
|