Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Prof. Wan Daud: Implikasi Sifat Ilmu Barat di Dunia Modern Menyebabkan Krisis Kemanusiaan Memilukan Tue Dec 16, 2008 6:49 pm | |
| Prof. Wan Daud: Implikasi Sifat Ilmu Barat di Dunia Modern Menyebabkan Krisis Kemanusiaan Memilukan
Dalam acara Kuliah Umum yang diselenggarakan di Auditorium Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada hari Sabtu 13 Desember 2008, dengan tema ”Dewesternisasi, Dekolonisasi dan Islamisasi Ilmu Pengetahuan” Prof. Dr. Wan Mohd Noor Wan Daud memaparkan bahwa salah satu sumber krisis peradaban manusia modern dewasa ini adalah krisis dalam keilmuan dan pemikiran. Dan inti dari krisis dalam keilmuan dan pemikiran ini berakar dari krisis epistemologi, hal ini terjadi karena konsep ilmu yang dikembangkan Barat melenyapkan wahyu sebagai sumber ilmu, dan memisahkan ilmu dari agama.
Guru Besar di International Institut of Islamic Thought and Civilization—International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) Malaysia ini mengatakan, implikasi dari sifat ilmu barat yang dikembangkan di dunia modern dewasa ini menyebabkan krisis kemanusiaan yang memilukan, yaitu rusaknya akhlak manusia dan hilangnya adab dari kehidupan manusia yang pada akhirnya meruntuhkan peradaban manusia itu sendiri. Diantara fenomena yang menunjukkan hal ini adalah munculnya apa yang disebut oleh Prof Wan Daud sebagai fenomena ”bangsa-bangsa yang gagal”.
Sebagai tanggapan atas problem ini maka Prof. Wan Daud menegaskan perlunya gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan, yang diantara tujuannya adalah bukan saja untuk memberikan solusi atas krisis peradaban manusia modern saat ini tetapi sekaligus sebagai cara untuk menegaskan identitas bagi umat islam sebagai umat yang memiliki cara pandang alam atau worldview tersendiri, yang islami dan bersumber dari wahyu.
Sementara itu, pembicara lain, Dr. Khalif Mu’ammar memaparkan lebih lanjut implikasi dari hegemoni sekulariasasi pada bidang politik dalam makalahnya yang berjudul “Dewesternisasi Politik Kontemporer: Islam dan Konstitusionalisme”. Menurut beliau, demokrasi tak dapat dipisahkan dari seularisme dan liberalisme karena memang eksistensinya tergantung pada kedua filsafat tersebut. Karenanya penilaian terhadap demokrasi tidak dapat dipisahkan pula dari penilaian terhadap sekularisme dan liberalisme.
Sejak kemunculan sekularisme, bidang yang pertama mendapat serangan ialah bidang politik. Karena tujuan sekularisme adalah agar supaya agama dan gereja tidak campur tangan dalam urusan dunia yang murni diserahkan kepada penguasa politik.
Pemikiran sekuler, menurut Khalif, telah memisahkan antara wahyu dan akal, agama dan sains dan seterusnya. Sekularisme berasumsi bahwa kedua perkara tersebut dilihat saling bertentangan dan tak dapat dipadukan, keduanya dilihat secara dikotomik. Dengan dualisme ini sekularisme telah menempatkan manusia dan Tuhan sebagai entitas yang berlawanan dan terpisah. Inilah yang dimaksud dengan desakralisasi politik. Desakralisasi politik memutuskan kuasa dunia dari kuasa transenden. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa pemerintahan agama akan menghalangi perubahan dan kemajuan. Manusia mengatur kehidupannya tanpa melibatkan bimbingan Allah s.w.t.
Akhirnya keberhasilan sekularisasi politik berimplikasi pada terkikisnya tatanan akhlaq, etika dan moral politik kontemporer yang merupakan esensi dari ajaran agama (Islam) itu sendiri. Dengan demikian jadilah para politisi terjun bebas ke jurang nalar masivilis ”al-ghayah tubarriru al wasilah” (tujuan dicapai dengan cara menghalalkan segala macam cara).
Kuliah umum merupakan kerjasama IPI Jogja, Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana UGM, Islamic Law Forum--FH UGM dan Jama’ah Shlahuddin UGM . [fathurahman/hidayatullah]
| |
|