Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: Hercules Jatuh, 64 Tewas Wed May 20, 2009 4:44 pm | |
| Hercules Jatuh, 64 TewasPasukan TNI AU bersama warga berusaha memadamkan api dan mengevakuasi korban dari pesawat Hercules C-130 dengan nomor registrasi A-1325 di Magetan, Jawa Timur, Rabu (20/5). Pesawat tersebut jatuh dan terbakar sesaat sebelum mendarat di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun. Suara Pembaruan,Rabu 20 Mei 2009PesawatHercules C-130 dengan nomor registrasi A-1325 di Magetan, Jawa Timur, Rabu (20/5). [MAGETAN] Pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU dengan nomor registrasi A 1325 yang membawa 98 penumpang dan 14 awak jatuh di areal persawahan di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Rabu (20/5) pukul 06.20 WIB. Untuk sementara dilaporkan 64 penumpang dan awak pesawat tewas, di antaranya mantan Komandan Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, Marsma Harsono.
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU, Marsekal Pertama (Marsma) Bambang Soelistyo yang dihubungi SP Rabu pagi. Pesawat naas tersebut melakukan penerbangan rutin dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Iswahyudi Madiun, dengan tujuan akir Biak, Papua, dengan transit di Makassar dan Kendari. Pesawat yang diterbangkan pilot Mayor (Pnb) Danu, dan kopilot Kapt (Pnb) Younan itu mengangkut anggota TNI-AU, keluarga anggota TNI AU, dan warga sipil. Korban tewas dan luka-luka dibawa ke RSUD dr Soedono, dan RS Lanud Iswahyudi, Madiun.
Sebab-sebab kecelakaan belum bisa dipastikan. "Saat ini tim evakuasi masih bekerja untuk mengevakuasi dan mengidentifikasi korban meninggal," katanya.
Menimpa Rumah
Sebelum jatuh terbakar, pesawat naas itu sempat menabrak pohon, kemudian jatuh menimpa beberapa rumah warga yang berlokasi sekitar 5 kilometer dari Pangkalan Udara Iswahyudi Madiun.
Hingga berita ini diturunkan, masih ada penumpang yang belum berhasil dievakuasi, sehingga diperkirakan korban tewas akan bertambah. Untuk sementara, jumlah korban luka berat dan kritis yang dirawat intensif di kedua rumah sakit di Madiun itu tercatat 19 jiwa.
Menurut keterangan saksi mata, Sunar (48), warga setempat, sebelum jatuh, pesawat tampak terbang sangat rendah. Posisi pesawat tidak menukik, namun terus turun, lantas sayapnya menghantam pohon yang tingginya 35 meter. Sempat terjadi dua kali ledakan hebat saat sayap pesawat menghantam pohon dan menabrak enam rumah warga.
"Kami sangat terkejut dan sebagian penduduk desa ikut menyaksikan dengan jelas, bagaimana pesawat besar itu kemudian tersungkur mendarat dengan posisi sayap yang satu terlepas ke areal persawahan dan kemudian terbakar," ujarnya.
Belum hilang dari keterkejutannya, Sunar harus cepat berlari ke rumah Sulasmin dan Suwarni yang hancur paling parah tersambar badan pesawat. Suwarni meninggal, namun Sulasmin mengalami luka parah di bagian kepala.
Menurut Kapolres Magetan, AKBP Jacob Prayogo, ada enam warga Desa Geplak yang menjadi korban, satu di antaranya meninggal dunia di tempat kejadian perkara (TKP).
Sementara itu, Kapuspen TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen menjelaskan, pesawat produksi tahun 1980 tersebut masih layak terbang. Pesawat naas itu mulai memperkuat armada TNI sejak 1994.
Secara terpisah, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo memastikan, Pemprov Jatim akan menanggung seluruh biaya perawatan korban luka-luka, serta menanggung biaya perbaikan rumah milik warga yang rusak tertimpa pesawat.
Naikkan Anggaran
Menanggappi kecelakaan tersebut, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Andres Pareira meminta pemerintah meningkatkan anggaran pertahanan TNI, guna peningkatkan keandalan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Semakin seringnya kecelakaan pesawat angkut milik TNI, menunjukkan keandalan alutsista milik TNI cukup memprihatinkan, sehingga perlu anggaran untuk meningkatkan pemeliharaan dan peremajaan.
"Pesawat kita rata-rata berusia di atas 20-an tahun. Perlu perawatan yang lebih baik lagi, bahkan harus diremajakan. Sepanjang tahun ini, hampir setiap bulan selalu terjadi kecelakaan pesawat," ujarnya.
Andreas mendesak TNI untuk mengungkapkan secara transparan mengenai kondisi alutsista, sehingga semua pihak bisa memikirkan solusi bersama tentang pengadaan dan perawatan yang profesional. "Memang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang dikeluarkan Bappenas sebagai dasar penentuan anggaran, dalam perencanaan makro, keberpihakan terhadap aspek pertahanan sangat minim," katanya.
Menurutnya, untuk mencapai kondisi minimal dalam sistem pertahanan Indonesia saat ini, memerlukan anggaran sekitar Rp 109 triliun. "Tetapi sampai sekarang hanya bisa dipenuhi sepertiganya. Kita baru bisa mengalokasikan Rp 35 triliun," katanya.
Kesulitan ini, dalam beberapa rapat di DPR selalu diselesaikan dengan pernyataan bahwa Indonesia tidak berada dalam situasi darurat perang, sehingga alokasi dana untuk sistem pertahanan bisa dialihkan untuk mengembangkan bidang lainnya.
Menurut Andreas, ke depan, pemerintah perlu memberikan porsi dana yang proporsional bagi TNI, khususnya bagi perawatan alutsista, baik dalam peremajaan dengan pengadaan alutsista yang baru, maupun perawatan alutsista lama yang masih bisa digunakan.
| |
|