Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: 2009, Harga Premium Lebih Rendah dari Solar Sun Dec 28, 2008 12:51 pm | |
| 2009, Harga Premium Lebih Rendah dari Solar
Alih Istik Wahyuni - detikFinance - Minggu, 28/12/2008 10:55 WIB
akarta - Harga jual premium pada 2009 bisa lebih murah dibandingkan harga jual solar. Hal ini karena menurunnya permintaan premium yang mengandung RON 88 di pasar internasional, sehingga harganya pun turun drastis dalam beberapa waktu belakangan ini.
Menurut Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, selama ini pemerintah memang menjaga harga solar lebih murah ketimbang harga premium. Tapi sejak pasokan premium jumlahnya berlebih dibandingkan permintaan di pasar internasional, maka pemerintah berencana kembali menurunkan harga premium sehingga menjadi lebih murah ketimbang solar.
"Yang kita pikirkan, apa 15 Januari (2009) seperti ini terus, ada arahan Presiden, premium bisa drop banyak dibandingkan solar. Tapi karena sekarang masih akhir Desember, ada seminggu lagi untuk evaluasi," katanya saat perayaan Natal 2008 di kediamannya, Kamis (25/12/2008).
Hal serupa diakui pengamat perminyakan Kurtubi. Ia menjelaska, harga premium di pasar internasional saat ini memang sangat rendah, jauh di bawah harga solar.
"Memang di pasar minyak dunia harga premium jauh lebih murah dari solar. Jadi kalau acuannya harga minyak dunia, memang premium akan lebih rendah dari harga solar," katanya ketika dihubungi detikFinance, Minggu (28/12/2008).
Purnomo menambahkan, premium biasanya digunakan untuk kendaraan pribadi, sementara solar biasanya digunakan untuk transportasi umum. Akibat harga jual premium yang lebih murah ketimbang solar, Purnomo memprediksi penggunaan kendaraan pribadi kemungkinan akan meningkat.
"Orang mikir, solar kan dipakai bus dan transportasi umum. Kalau premium lebih rendah, orang pakai mobil premium," katanya.
Meski harga premium menjadi lebih rendah, pemerintah mengaku tak khawatir akan terjadi penyelundupan. Karena pengguna premium yang merupakan RON 88 saat ini tidak banyak. Yang dikhawatirkan justru penyelundupan solar jika harga solar dalam negeri lebih rendah dari harga di luar negeri.
"Premium 88 nggak diselundupkan, yang kita khawatirkan solar. Makanya kita jaga harga solar di luar," katanya. Harga Minyak Anjlok, Penerimaan Migas 2009 Bisa Turun Rp 20 TriliunJakarta - Penurunan harga minyak yang diprediksi akan terus berlangsung sampai 2009 akan menggerus penerimaan negara dari sektor migas. Penerimaan bersih, setelah dikurangi subsidi energi dan bagi hasil daerah, dari sektor ini bisa turun Rp 20 triliun dari target semula.
Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, penerimaan bersih negara dari sektor migas pada 2009 semula diperkirakan bisa mencapai Rp 100 triliun dengan harga minyak rata-rata US$ 80 per barel dalam setahun. Namun jika harga minyak turun menjadi rata-rata US$ 45 per barel, maka penerimaan bersih diperkirakan hanya tercapai Rp 80 triliun.
"Penerimaan kita turun drastis, kalau harga minyak US$ 80, penerimaan yang sudah dikurangi subsidi energi dan bagi hasil ke daerah bisa Rp 100 triliun. Tapi begitu harga minyak turun, asumsi dengan asumsi minyak misalkan US$ 45 per barel dalam setahun, net-nya jadi Rp 80 triliun. Turun Rp 20 triliun," katanya disela-sela perayaan Natal 2008 di kediamannya, Widya Chandra, Jakarta, Kamis (25/12/2008) malam.
Purnomo menambahkan, saat harga minyak turun, beban subsidi energi negara memang menurun. Tetapi di sisi lain, penerimaan negara yang sepertiganya bersumber dari sektor energi juga menurun drastis. Meksi begitu, selisih penerimaan dan pengeluaran yang dikantongi pemerintah masih lebih banyak ketika harga minyak tinggi.
"Besaran kalau harga minyak tinggi. Tapi tergantung besarnya berapa, kalau US$ 200 per barel, subsidi juga melonjak," tambahnya.
Sementara secara terpisah Dirjen Pajak Darmin Nasution menyatakan penerimaan pajak 2009 juga akan terpengaruh penurunan harga minyak dan krisis ekonomi. Hal ini karena banyaknya perusahaan besar penyumbang pajak mengalami kemunduran usaha sehingga setoran pajaknyapun menurun.
"Mungkin ya (berpengaruh). Tapi profit juga akan turun karena mungkn penjualan agak susah. Kredit modal kerja agak lebih berat mungkin karena profit juga agak turun," katanya di kantor Departemen Keuangan, Rabu (24/12/2008).
| |
|