Admin Admin
Jumlah posting : 2244 Registration date : 31.08.08
| Subyek: SBY & Demokrat Tak Tertandingi Sat Apr 04, 2009 5:49 pm | |
| SBY & Demokrat Tak Tertandingi 29 Parpol Diprediksi Gagal ke Senayan [JAKARTA] Dari 38 partai politik (parpol) peserta Pemilu 2009, diperkirakan 29 parpol tidak akan lolos parliamentary threshold (PT) 2,5%. Dengan demikian, hanya sembilan parpol yang mampu mendudukkan kadernya di DPR, Senayan.
Kesembilan parpol itu adalah Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Demokrat diprediksi me-raih 20,2% suara, melampaui PDI-P (13,5%), Golkar (12,2%), dan Gerindra (10,4%). Sedangkan, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi calon presiden (capres) berlatar belakang militer yang bakal paling banyak dipilih (56,8%), jauh mengungguli Prabowo Subianto (26,9%), Wiranto (8,9%), dan Sutiyoso (1,1%).
Demikian hasil survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) yang dirilis di Jakarta, Sabtu (4/4). Survei dilakukan di 136 kabupaten/kota di 33 provinsi dengan melibatkan 2.502 responden. Survei dilakukan pada 28 Maret sampai 1 April 2009.
Menurut Direktur Eksekutif SSS, Toto Sugiarto, dari hasil survei diketahui bahwa mitos pendukung fanatik Golkar dan PDI-P mulai hancur. Perolehan suara Golkar diperkirakan merosot dari 21,58% pada Pemilu 2004 menjadi 12,2% dan PDI-P dari 18,53% menjadi 13,5%. Sedangkan suara Demokrat melesat dari 7,45% menjadi 20,2%. Demikian juga Gerindra sebagai pendatang baru langsung melejit ke posisi keempat. "Demokrat dan Gerindra akan berkibar dalam Pemilu 2009," kata Toto.
Menurutnya, kedua parpol itu "membombardir" ruang publik dengan iklan yang luar biasa, sehingga platform mereka masuk ke ruang memori publik. Selain itu, kedua partai juga memiliki figur yang "menjanjikan".
Sedangkan, PDI-P dan Golkar, selain tidak menawarkan tokoh yang "menjanjikan", juga selama ini menerapkan cara-cara konvensional untuk merebut simpati publik. Platform kedua parpol juga terlihat kurang jelas dan menarik karena sekadar merespons kebijakan SBY.
Layak
Menanggapi hal itu, sosiolog dari Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola berpendapat kekuatan politik ke depan akan dikuasai partai-partai menengah saat ini. Fenomena itu sudah terlihat saat SBY terpilih menjadi presiden pada 2004. "Partai-partai menengah akan menjadi kekuatan politik yang besar di pemilu mendatang," kata Thamrin yang menjadi pembahas hasil survei tersebut.
Menurutnya, untuk memuluskan perjalanan kembali menjadi presiden, SBY akan menggalang kekuatan politik dari partai-partai menengah. "SBY akan menjadikan kekuatan partai-partai menengah sebagai modal agar terpilih kembali menjadi presiden. SBY tidak terlalu risau tentang siapa yang menjadi wakil presiden, tapi yang terpenting menggalang suara rak-yat sebanyak-banyaknya," ujarnya.
Sedangkan, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Ari Dwipayana menilai SBY memang layak menduduki peringkat atas capres berlatar belakang militer yang dipilih rakyat. Dia mengakui tingkat keterpilihan SBY memang paling tinggi dibanding capres berlatar belakang militer lainnya, karena memiliki pemilih loyal dari Partai Demokrat dan juga parpol lain.
Prabowo, lanjutnya, memang popularitasnya terus menanjak, tetapi tingkat keterpilihannya belum mendukung. "Prabowo juga punya massa yang loyal dari partainya, akan tetapi pemilih dari luar partainya sedikit," ujar Ari.
Ketika ditanya kemungkinan koalisi di parlemen, dia menyatakan PKS dan PKB adalah dua parpol yang terlihat semakin jelas merapat ke Demokrat. "Cara mereka bermanuver dalam minggu-minggu terakhir ini makin mengesankan kesolidan di tingkat elite parpol," katanya.
Sedangkan, parpol lain yang masih bergelut dengan berbagai faksi dan perbedaan kepentingan, seperti PPP, PAN, dan Golkar, sejauh ini belum terlihat jelas arah koalisinya. Ada faksi yang menginginkan merapat ke Demokrat, ada juga yang ingin ke PDI-P, atau membuat koalisi sendiri. Semua itu akan terlihat lebih jelas setelah pemilu legislatif.
Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan mengkhawatirkan pemilu 2009 tidak menghasilkan koalisi kekuatan politik yang mampu untuk memerintah.
Dia mengatakan, masih terdapat polarisasi kekuatan politik yang sangat besar. Padahal, menurut dia, yang paling penting bukan siapa yang memerintah tetapi kombinasi terbaik dari partai-partai yang memerintah. "Kita sudah masuk fase ketiga demokrasi. Kalau pemerintahan masih lemah di hadapan DPR dan parlemen, maka rakyat akan bertanya-tanya pentingkah demokrasi dilakukan," ucapnya
Dia menilai, peluang SBY kembali menjadi presiden masih tertinggi. SBY harus memilih wakil presiden yang bisa mendukung kekuatan politik di pemerintahan.
Suara Pembaruan Sabtu,04 April 2009 | |
|